PENERAPAN SUBSISTEM AGRIBISNIS
PADA KOMODITAS TANAMAN KOPI
I. PENDAHULUAN
Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan
komoditas ekspor unggulan yang banyak dikembangkan di Indonesia karena mempunyai
nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Permintaan kopi Indonesia
dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai
keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik
cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan excellent (Hilmawan, 2013).
Kopi merupakan salah
satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa
negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga
merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa
petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Saat ini peningkatan produksi kopi
di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan
sehingga mempengaruhi mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi
pengembangan produksi akhir kopi. Jember merupakan daerah penghasil kopi
berjenis robusta yang mana memiliki nilai jual yang tinggi salah satu
perkebunan kopi di daerah jember adalah perkebunan kopi dan karet Durjo. Penerapan
subsistem agribisnis diwilayah tersebut sudah mulai berkembang tetapi belum
sepenuhnya dilakukan contohnya agroindustri. Perkebunan Durjo tidak
mengembangkan subsistem agroindustry melainkan hanya melakukan kegiatan pasca
panen contohnya pengeringan hasil produksi kopi, penggilingan dan lain
sebagainya Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak tepat
antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan dan
penyangraian. Selain itu spesifikasi alat dan mesin yang digunakan juga dapat
mempengaruhi setiap tahapan pengolahan biji kopi (Hermawan, 2013).
Oleh
sebab itu dalam pembudidayaan komoditas tanaman kopi sangat penting untuk
diterapkan subsitem agribisnis didalamnya sesuai dengan subsistem agribisnis di
Indonesia. Pentingnya penerapan subsistem agribisnis dalam pengembangan
komoditas kopi di Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi tanaman kopi yang dapat memberikan keuntungan baik itu bagi bidang
pertanian maupun dari segi ekonomi. Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan
dukungan semua pihak yang terkait didalam produksi kopi pengolahan dan
pemasaran komoditas kopi. Apabila peningkatkan produksi dan mutu kopi meningkat
secara terus menerus maka daya saing kopi di Indonesia maupun di pasar Internasional
juga akan meningkat. Berdasarkan pertimbangan diatas hal tersebutlah yang
melatar belakangi paper ini untuk membahas bagaimana proses budidaya kopi di
Indonesia dan penerapan subsitem agribisnis didalam kegiatan pertanian
tersebut.
II. PEMBAHASAN
Agribisnis
merupakan system pertanian yang saling terkait mulai dari system hulu sampai
dengan sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. System agribisnis hulu adalah
sector yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian serta industry sarana
produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. System agribisnis
adalah industry yang mengolah hasil pertanian yang menjadi bahan baku atau
barang yang siap dikonsumsi atau yang biasa disebut agroindustry atau
pengolahan hasil pertanian. Sistem agribisnis
merupakan kesatuan atau kumpulan dari elemen agribisnis yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama, menggunakan input dan
mengeluarkan output produk agribisnis melalui pengendalian proses yang telah
direncanakan seperti
yang disamapaikan pada pendahuluan
bahwa sistem agribisnis meliputi
enam subsistem yaitu a). subsistem pengadaan dan penyaluran, sarana produksi,
teknologi dan pengembangan sumber daya pertanian b). Subsistem budidaya atau
usahatani c). Subsistem pengolahan hasil
pertanian atau agroindustri d). Subsistem pemasaran hasil pertanian e).
Subsistem prasarana f). Subsistem pembinaan. Berikut adalah pemaparan dari subsistem agribisnis beserta penerapannya
pada tanaman perkebunan kopi.
1. Subsistem
Penyediaan Sarana Produksi Tanaman Kopi
Subsistem penyediaan sarana produksi yang menyangkut
kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencangkup perencanaan,
pengolahan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya ataupun input
usahatani yang dapat memenuhi kriteria tepat waktu, jumlah, tepat, mutu dan
produk. Adapun penyediaan sarana produksi pada tanaman kopi ialah :
1.
Penyediaan bibit
unggul
2.
Zat pengatur
tumbuh
3.
Peralatan untuk
pengolahan tanah (Sekop, Garpu, Cangkul, Sprayer)
4.
Penyediaan pupuk
5.
Pestisida
2. Subsistem Budidaya atau Usahatani Tanaman
Kopi
Subsistem
ini mencangkup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer pertanian. Hal yang termasuk kedalam kegiatan ini
dalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi dan pola usahatani
dalam rangka meningkatkan produksi primer. Subsistem ini menekankan usahatani
yang intensif dan sustainable (lestari) artinya meningkatkan produktivitas
lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan
kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air, disamping itu
juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang
subsistem artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka. Berikut adalah penerapan
subsistem usahatani pada tanaman kopi. Dalam melaksanakan system usaha tani
tanaman kopi terdapat langkah-langkah yang harus dilaksankan yaitu sebagai
berikut :
1. Pengolahan
tanah
Pada
tanaman perkebunan utamanya tanaman kopi memerlukan teknik dalam pengolahan
tanahnya karena pengolahan tanaman perkebunan (kopi) jauh berbeda dengan
tanaman hortikultur ataupun tanaman pangan. Proses pertama yang harus dilakukan
dalam budidaya usahatani tanaman kopi ialah pembersihan lahan dengan cara
membersihkan semak belukar dan kayu kecil serta melakukan penebangan pohon yang
tidak dibutuhkan sebagai naungan tanaman kopi. Pembersihan areal pertanaman
kopi tergantug luas dan lokasi yang akan ditanami apabila areal tanaman kopi
cukup luas maka dapat dilakukan pengolahan tanah secara mekanis. Jika lahan
pertanaman kopi merupakan bidang miring maka perlu dilakukan pembuatan jalan
setapak dan saluran drainase supaya air pada saat musim hujan tidak lepas
begitu saja. Lokasi untuk lahan pertanaman yang baik adalah tanah yang memiliki
kemiringan yang sesuai, karena semakin
tinggi kemiringan lahan tanaman kopi maka akan semakin tinggi produksi kopi
tersebut. Langkah kedua adalah pembuatan lubang tanam kopi yang mana pembuatan
lubang tanam tersebut dilakukan 2-3 bulan sebelum bibit kopi ditanam. Tujuannya
untuk menyediakan lingkungan perakaran yang optimal bagi bibit kopi secara
fisik, kimia maupun biologi. Pada saat pengolahan tanah sangat penting untuk
memperhatikan jarak tanam karena jarak tanam suatu komoditas tanaman sangat
mempengaruhi hasil dari produksi tanaman itu sendiri. Penanaman tanaman
pelindung untuk kopi juga sangat diperlukan karena sesuai dengan karakteristik
tanaman tersebut, biasanya berkisar 75% dari jumlah komoditas tanaman kopi yang
ditanam dan minimal sudah harus ditanam 2 tahun sebelum tanaman kopi ditanam,
contoh tanaman pelindung adalah tanaman karet dan belimbing.
2. Penanaman
bibit unggul
Tahap
selanjutnya adalah penanaman bibit unggul yang telah diseleksi. Pemilihan bibit
unggul sangat penting dilakukan karena bertujuan untuk memperoleh hasil
produksi yang berkualitas dan juga berkuantitas tinggi. Jarak tanam yang
diterapkan pada komoditas tanaman kopi ialah 2,75x2,75 meter untuk tanaman kopi
robusta dan 2,5x2,5 meter untuk arabika serta ukuran lubang tanam 60x60x60 cm.
Jarak tanam ini divariasikan dengan ketinggian lahan, semakin tinggi lahan
semakin jarang dan semakin rendah semakin rapat jarak tanamnya. Sebelum ditanam
papas daun yang terdapat pada bibit hingga tersisa 1/3 bagian untuk mengurangi
penguapan, setelah itu keluarkan bibit kopi dari polybag kemudian gali sedikit
lubang tanam yang telah dipersiapkan. Kedalaman galian menyesuaikan dengan
panjang akar. Bagi bibit yang memiliki akar tunjang diusahakan agar akar
tanaman tegak lurus, setelah itu tutup lubang tanam agar tanaman berdiri kokoh
dan bila diperlukan tanaman diberi ajir untuk menopang tanaman agar tidak
roboh. Semua hal diatas tentunya sangat
berpengaruh pada hasil akhir dari produksi kopi tersebut contohnya adalah dapat
meningkatkan daya jual bagi komoditas kopi tersebut, mengingat tanaman kopi
memiliki nilai ekonomis tinggi baik di pasar domestik maupun pasar
internasional.
3. Perawatan
Budidaya Tanaman Kopi
Langkah
yang diperlukan dalam proses pembudidayaan tanaman kopi adalah penyulaman,
pemupukan, pemangkasan dan penyiangan.
·
Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali
bagian-bagian yang kosong bekas tanaman yang mati atau diduga akan mati atau
rusak sehingga terpenuhi jumlah tanaman normal dalam satu kesatuan luas
tertentu sesuai dengan jarak tanamnya. Pada tanaman kopi setelah bibit ditanam
setidaknya dilakukan seminggu dua kali. Pada saat bibit berumur 1-6 bulan baik
dilakukannya pemeriksaan satu bulan sekali. Tujuan dari pemeriksaan tersebut
untuk memeriksa tanaman tersebut dan melakukan penyulaman apabila terdapat
tanaman kopi yang mati. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang sama agar
tanaman penyulam bias menyamai pertumbuhan pohon lainnya.
·
Pemupukan
Dalam
pembudidayaan suatu komoditas tanaman sangat perlu diberikannya pupuk sebagai
sumber nutrisi bagi tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pupuk untuk komoditas tanaman kopi dapat berasal dari pupuk organic dan pupuk
buatan. Pupuk organic bias didapatkan dari bahan-bahan sekitar kebun seperti
sisa-sisa tanaman dari pohon pelindung. Kebutuhan pupuk tanaman kopi untuk
setiap tanaman sekitar 20 kg dan diberikan sekitar 1-2 tahun sekali. Cara
memberikan pupuk pada tanaman kopi ialah dengan membuat lubang pupuk yang
mengitari tanaman, kemudian masukkan pupuk kedalam lubang pupuk tersebut.
Apabila terdapat tanah yang asam dengan ph dibawah 4,5 pemberian pupuk dicampur
dengan setengah kilogram kapur yang dilakukan 2-4 tahun sekali. Upaya dalam
memperkaya unsur hara dan bahan organic dalam tanah areal perkebunan dapat
ditanami tanaman penutup tanah yang berfungsi sebagai pelindung dan penyubur
tanah dan hijauannya dapat dijadikan sumber pupuk organic.
·
Pemangkasan
pohon
Dalam
teknik budidaya tanaman kopi terdapat dua tipe pemangkasan yaitu pemangkasan
berbatang tunggal dan berbatang ganda. Pemangkasan berbatang tunggal lebih
cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang sekunder semisal
arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan diperkebunan rakyat yang
menanam robusta. Pemangkasan pada tanaman kopi dibedakan menjadi tiga dan
memiliki tujuan yang berbeda. a) pemangkasan pembentukan yang bertujuan
membentuk kerangka tanaman seperti bentuk tajuk, tinggi tanaman dan tipe percabangan.
b) pemangkasan produksi bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak produktif
atau cabang tua. Hal ini dilakukan agar tanaman lebih focus menumbuhkan cabang
yang produktif dan untuk membuang cabang-cabang yang terserang hama dan
penyakit. c) pemangkasan peremajaan yang dilakukan pda tanaman yang telah
mengalami penurunan produksi. Pemangkasan dilakukan untuk menjaga ketersediaan
nutrisi.
·
Penyiangan
gulma, hama dan penyakit
Tanaman
kopi harus selalu bersih dari gulma terutamaaat tanaman masih muda hal ini
dikarenakan untuk mengurangi persaingan nutrisi yang diserap oleh akar antar
tanaman budidaya dan gulma. Pada saat tanaman kopi telah dewasa maka gulma
dapat dijadikan tanaman penutup tanah. Selain gulma dalam proses budidaya juga
terdapat hal-hal yang dapat menurunkan produksi tanaman budidaya yaitu hama dan
penyakit. berikut adalah salah satu contoh hama dan penyakit yang sering
menyerang tanaman kopi. 1). Hama penggerek buah kopi menyerang tanaman muda
maupun tua, akibat dari serangan tersebut buah akan berguguran ataupun
perkembangan buah tidak normal dan membusuk. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan sanitasi kebun, pemapasan pohon naungan,
pemanenan buah yang terserang dan juga penyemprotan kimia. 2). Penyakit karat daun
(HV) yang biasanya menyerang kopi jenis arabika. Gejala serangannya bias
dilihat dari permukaan daun yang mengalami bercak kuning yang semakin lama
menjadi semakin kuning tua. Salah satu pengendaliannya dengan menanam kopi
arabika diatas ketinggian 1000 m diatas permukaan laut, dilakukan penyemprotan
kimia, dan pemilihan varietas unggul. 3). Penyakit serangan nematode yang
banyak ditemui disentra-sentra perkebunan kopi robusta. Serangan penyakit ini
dapat menurunkan produksi hinggga 78%. Salah satu pengendalian penyakit ini
bias dilakukan dengan menyambung tanaman dengan batang bawah yang tahan
nematoda.
· Panen
Tanaman
kopi yang di budidaya secara intensif
sudah bias berbuah pada umur 2,5 – 3 tahun untuk jenis robusta dan 3-4 tahun
untuk arabika. Pada panen pertama biasanya hasil yang didapat tidak terlalu
banyak. Produktivitas tanaman kopi akan mencapai puncaknya pada saat berumur
7-9 tahun. Masa panen budidaya kopi dilakukan secara bertahap, panen raya
biasanya terjadi dalam 4-5 bulan dengan interval waktu pemetikan setiap 10-14
hari.
3. Subsistem Pengolahan Hasil
Pertanian/Agroindustri Kopi
Subsistem agroindustry merupakan
lingkup kegiatan yang tidak hanya mengarah pada aktivitas pengolahan sederhana
ditingkat petani tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan
pasca panen produk hasil pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan
dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer
tersebut. Buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah untuk mencegah terjadinya
reaksi kimia yang bias menurunkan mutu kopi. Dalam pengolahan buah kopi
terdapat dua cara pengolahan yakni proses basah dan proses kering. Proses basah
sering dipakai untuk pengolahan kopi arabika, alasannya karena kopi jenis ini
dihargai cukup tinggi sehingga biaya pengolahan yang dikeluarkan masih
sebanding dengan harga yang akan diterima sedangkan pengolahan dengan proses
kering dilakukan pada jenis kopi robusta karena nilai jual kopi ini tidak
semahal nilai jual kopi robusta. Berikut adalah beberapa proses pengolahan
hasil pertanian/agroindustry pada tanaman kopi dengan teknik pengolahan basah
dan kering.
1. Pengolahan
dengan proses basah
a). Sortasi buah
kopi
Setelah buah kopi dipanen maka
langkah selanjutnya dilakukan sortasi unuk memisahkan buah dari kotoran, buah
berpenyakit dan buah cacat. Pemisahan juga dilakukan pada buah yang berwarna
merah dan buah yang berwarna kuning atau hijau. Pemisahan buah yang mulus dan
berwarna merah (buah superior) dengan buah inferior berguna untuk membedakan
kualitas biji kopi yang dihasilkan.
b). Pengupasan
kulit buah
Pada saat pengupasan kulit buah kopi
agar mengefisienkan waktu disarankan untuk menggunakan bantuan mesin pengupas
yang diputar manual dan bertenaga mesin. Selama pengupasan berlangsung alirkan
air secara terus menerus kedalam mesin pengupas. Fungsi pengaliran air untuk
melunakkan jaringan kulit buah agar mudah terlepas dari bijinya. Hasil dari
proses pengupasan kulit buah adalah biji yang masih memiliki kulit tanduk atau
disebut biji kopi HS.
c). Fermentasi
biji kopi HS
Setelah pengupasan kulit buah proses
selanjutnya adalah fermentasi pada biji. Dalam hal ini terdapat dua cara
pertama dengan merendam biji dalam air bersih, sedangkan cara kedua adalah
dengan menumpuk biji basah dalam bak semen atau bak kayu kemudian pada bagian
atas ditutup dengan karung goni yang harus selalu dibasahi. Lama proses
fermentasi pada lingkungan tropis berkisar antara 12-36 jam. Proses fermentasi
juga bias diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji apabila lapisan
sudah hilang maka proses fermentasi dapat dikatakan selesai. Setelah proses
fermentasi cuci kembali biji dengan air untuk membersihkan sisa-sisa lendir dan
kulit buah yang masih menempel pada biji.
d). Pengeringan
biji kopi HS
Langkah selanjutnya biji kopi HS
yang telah difermentasi kemudian dikeringkan. Proses pengeringan bias dengan
dijemur ataupun dengan mesin pengering. Pada saat proses penjemuran tebarkan
biji kopi HS diatas lantai dengan ketebalan tumpukan biji tidak lebih dari 4
cm. Lama proses penjemuran sekitar 2-3 minggu dan akan menghasilkan biji kopi
dengan kadar air berkisar 16-17% sedangkan kadar air yang diinginkan dalam
proses ini adalah 12% karena kadar air tersebut merupakan kadar air
keseimbangan agar biji kopi yang dihasilkan stabil dan tidak mudah berubah rasa
serta tahan serangan jamur. Untuk mendapatkan kadar air sesuai dengan yang
diinginkan maka perlu diadakan pengeringan lanjutan. Pengeringan lanjutan
biasanya dilakukan dengan bantuan mesin pengering hingga kadar air mencapai 12%
langkah ini akan menghemat waktu dan tenaga.
e). Pengupasan
kulit tanduk
Proses selanjutnya setelah biji kopi
HS mencapai kadar air 12% kupas kulit tanduk yang menyelimuti biji. Pengupasan
bias ditumbuk atau dengan bantuan mesin pengupas (huller). Hasil pengupasan
pada tahap ini disebut biji kopi beras (green bean).
f). Sortasi
akhir biji kopi
Sortasi ini merupakan langkah
terakhir dari pengolahan biji kopi setelah didapatkan biji kopi beras. Tujuan
dari sortasi akhir ini untuk memisahkan kotoran dan biji yang pecah,
selanjutnya biji kopi dikemas lalu disimpan sebelum didistribusikan.
2. Pengolahan
dengan proses kering
a). Sortasi buah
kopi
Penyortasian pada buah kopi dengan
pengolahan kering tidak jauh berbeda dengan penyortasian buah kopi pada buah
basah. Setelah panen selesai dilakukan maka proses sortasi akan segera
dilakukan untuk memisahkan antara buah superior dengan buah inferior sebagai
penanda kualitas.
b). Pengeringan
buah kopi
Proses selanjutnya ialah pengeringan
buah kopi yang telah disortasi yang dijemur dengan ketebalan kopi tidak lebih
dari 4 cm dan lakukan pembalikan minimal 2 kali dalam satu hari. Proses
penjemuran biasanya memerlukan waktu sekitar 2 minggu untuk menghasilkan buah
kopi kering dengan kadar air 15% apabila kadar air masih tinggi maka perlu
dilakukan penjemuran ulang hingga mencapai kadar air yang diinginkan.
c). Pengupasan
kulit buah dan kulit tanduk
Buah kopi yang telah dikeringkan
akan dikupas kulit buah dan kulit tanduknya. Pada saat proses ini akan
dijalankan usahakan kadar air buah kopi berada pada kisaran 15% karena apabila
lebih akan sulit untuk mengupas buah kopi sedangkan apabila kurang akan
menyebabkan buah kopi mengalami pecah biji. Pengupasan dapat dilakukan dengan
cara ditumbuk atau menggunakan mesin huller. Kelemahan cara ditumbuk ialah
dapat menyebabkan resiko presentase pecahnya biji kopi tinggi sehingga dapat
menurunkan hasil produksi.
d). sortasi dan
pengeringan biji kopi
Proses selanjutnya ialah proses
sortasi akhir sebelum pengemasan dan penyimpanan. Proses sortasi ini dilakukan
untuk memisahkan produk yang diinginkan dengan sisa kulit buah, kulit tnduk,
biji pecah dan kotoran lainnya. Biji kopi akan stabil bila kadar airnya 12%
bila mencapai 12% maka harus dilakukan pengeringan lanjutan. Proses pengeringan
dapat dilakukan dengan penjemuran maupun dengan bantuan mesin pengering.
Apabila kadar air lebih dari angka tersebut maka biji akan mudah terserang
jamur. Apabila kurang biji kopi mudah menyerap air dari udara yang bias
mengubah aroma dan rasa dari kopi tersebut.
e). Pengemasan
dan penyimpanan
Proses pengemasan biji harus
dilakukan dengan baik, salah satu tahapan dalam pengemasan dan penyimpanan
ialah dengan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bauan, untuk kurun waktu
yang lama karung yang telah terisi biji kopi terpilih harus ditumpuk diatas
palet kayu setebal 10 cm dan berikan jarak antara tumpukan karung dengan
dinding gudang. Kelembaban gudang penyimpanan sebaiknya selalu dikontrol pada
kisaran kelembaban (RH) 70%. Penggudangan ini bertujuan untuk menyimpan biji
sebelum didistribusikan kepada konsumen. Biji kopi yang disimpan harus
terhindar dari serangan hama, penyakit, dan jamur untuk menjaga agar kualitas
kopi tidak menurun.
3. Bentuk lain
agroindustry kopi
Selain
pengolahan dengan tahapan diatas kopi juga dapat diproduksi menjadi bahan
olahan lainnya salah satunya ialah pengolahan kopi yang diolah dengan campuran
gula dan coklat yang dikemas dengan tampilan yang menarik contohnya ialah kopi
torabika, luwak white coffe, dan lain sebagainya. Selain hal tersebut kopi juga
dapat diolah menjadi bahan campuran pembuatan kue yang nantinya akan menjadi
cake coffe ataupun minuman dingin dengan campuran coklat ataupun lainnya contoh
kongkretnya ialah es capucino cincau
4. Subsistem
Pemasaran Tanaman Kopi
Subsistem
pemasaran mencangkup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustry baik
untuk pasar domestic maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar
domestic dan pasar luar negeri/pasar internasional. Dalam hal ini strategi
pemasaran sangat dibutuhkan untuk menentukan profit yang diperoleh. Teknik
pemasaran merupakan kunci keberhasilan dalam penjualan suatu produk perkebunan
karena teknik pemasaran yang baik didukung dengan strategi pemasaran yang
efektif serta mengedepankan kualitas atau mutu produk. Berikut adalah beberapa
strategi pemasaran yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam menghadapi
persaingan pasar khususnya pasar produk perkebunan :
1. Melakukan
pengamatan terhadap pasar
Pedagang
atau eksportir wajib mengetahui pasar mana yang akan menjadi sasaran dan
bagaimana peta persaingan pada pasar tersebut, artinya seorang pedagang atau
eksportir harus mengindentifikasi target pasar yang akan dituju sehingga produk
dan kualitas yang dibutuhkan target dapat dipenuhi.
2. Melakukan
pengamatan dan promosi terhadap produk
Pengenalan
atau promosi produk kepada konsumen atau calon pembeli perlu dilakukan dengan
cara yang kreatif, unik dan menarik
seperti produk kopi dapat dilakukan dengan mengajak calon pembeli melihat salah
satu kebun kopi yang menghasilkan produk yang ditawarkan ataupun juga dengan
menunjukkan proses pengolahan yang dilakukan dan sekaligus menawarkan untuk
menikmati cita rasa produk yang ditawarkan. Pengenalan produk juga dapat
dilakukan dengan cara menyediakan brosur iklan media cetak dan pamflet berisi
produk usaha ataupun dengan membuat status mengenai produk usaha disosial media
sehingga semua ikut berperan aktif dalam berbagai pameran tingkat nasional dan
internasional.
3. Mengetahui
situasi pasar dan pesaing
Potensi
pasar atau permintaan terhadap produk harus dipahami, demikian juga dengan
pedagang atau Negara yang akan menjadi pesaing. Tidak semua potensi permintaan
mampu dipenuhi karena diperlukan beberapa persyaratan tertentu misalnya
kualitas produk dan juga tidak semua bagian pasar yang dilayani akan menjadi
sasaran (target) pasar. Pesaing yang menjual produk yang dengan produk yang
ditawarkan harus selalu diwaspadai karena persainga akan menciptakan ego dan
ketahanan diri untuk tetap service dalam menghadapi kehidupan untuk itu sebagai
produses yang sama harus mampu menarik pelanggan sebanyak mungkin baik
pelanggan baru maupun pelanggan lama, dengan demikian dalam menjalankan
strategi pemasaran yang kompetitif seorang pengusaha diharapkan untuk terus
menerus mengetahui dan memantau setiap gerak-gerik pesaing.
4. Menjalin
hubungan dengan pelanggan
Salah
satu kunci suskes dalam berbisnis adalah selalu memelihara hubungan baik dengan
pelanggan. Hubungan baik yang dapat dilakukan antara lain melakukan kontak
melalui telepon secara berkala atau menginformasikan jika ada perubahan dalam
komitmen yang telah dibuat karena sesuatu hal.
5. Memanfaatkan
jejaring sosial
Salah
satu strategi pemasaran yang cukup efektif adalah pemanfaatan media elektronik.
Saat ini, penjualan melalui situs jejaring social semakin marak dilakukan dan disinyalir dapat
meningkatkan daya saing karena memuat berbagai informasi tentang produk yang
ditawarkan seperti kualitas produk, foto produk, proses produksinya dan lain
sebagainya.
6. Menentukan
kebijakan
Para
pelaku usaha atau penyedia produk harus berani melakukan survey atau analisis
harga terhadap demand, kualitas produk dan kondisi pasar untuk menentukan harga
yang tepat dengan kualitas produk yang dihasilkan.
7. Memahami
peraturan hukum
Seorang
pelaku usaha yang benar-benar berkecimpung dalam pasar domestic dan pasar
internasional, tidak bisa dipungkiri harus memahami dan mematuhi kaidah atau
norma yang berlaku dalam dunia usaha atau perdagangan agar tetap dapat survive.
8. Mengetahui
kapasitas produksi
Pelaku
usaha harus mampu mengetahui kapasitas maksimal dalam menghasilkan suatu produk
agar pemasaran berjalan seimbang dengan produksi, jangan sampai membuat
komitmen dengan pelanggan atau pembeli diluar batas kemampuan produksi hal ini
akan merusak hubungan bisnis dan melunturkan kepercayaan pelanggan.
5. Subsitem penunjang
Subsistem ini
merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
a.
Sarana tataniaga g. BUMN
b.
Perbankan/pengkreditan h. Swasta
c.
Penyuluhan
agribisnis i. Pendidikan dan pelatihan
d.
Kelompok tani j. Transportasi
e.
Infrastruktur
agribisnis k. Kebijakan pemerintah
f.
Koperasi
agribisnis l. Penelitian dan pengembangan
III. PENUTUP
Dalam
proses pembudidayaan tanaman para pelaku dibidang pertanian tentu menginginkan
hasil produk pertanian yang memiliki kuantitas dan kualitas tinggi, untuk
mewujudkan hal tersebut maka pentingnya menerapkan konsep agribisnis
didalamnya. Dengan adanya konsep atau subsistem tersebut maka para pengusaha
dibidang pertanian akan mudah dalam menentukan usahatani dan dapat mengolah
hasil produksi pertanian dari bahan mentah menjadi bahan jadi. Subsistem
agribisnis sangat berpengaruh pada kelancaran usaha dalam bidang pertanian.
Dengan adanya subsistem agribisnis diharapkan dapat mengembangkan perekonomian
yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan, dan terdesentrslisasi dengan
basis keunggulan komparatif. Selain hal tersebut juga diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha secara adil. Meletakkan dasar yang kokoh untuk pembangunan
ekonomi berkelanjutan serta mendorong transformasi structural secara seimbang,
mengembangkan pembangunan ekonomi pedesaan dan juga mewujudkan ketahanan pangan
nasional berbasis keragaman sumber daya bahan pangan, kelembagaan juga budaya
local.
DAFTAR PUSTAKA
Ansyah, Rudi. 2014. Makala Budidaya Tanaman Tahunan Materi Kopi. (http://RudiAnsyah.bloggspot.com). (Diakses pada 13 November 2014).
Hermawan, Hengki. 2013. Makala Pengeringan Biji Kopi. (http://HengkiHermawan93.bloggspot.com). (Diakses pada 9 April 2014).
Hilmawan, Hilman. 20113. Makala Kopi. (http://HilmanHilmawan3.bloggspot.com). (Diakses pada 9 april 2014).
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadaya: Jakarta.
Purnaman, Siti. 2014. Strategi Pemasaran Produk Perkebunan. (http://SitiPurnama.bloggspot.com). (Diakses pada 25 Agustus 2014).
Dairtus. 2009. Agribisnis.
(http://Agribisnis:januari.bloggspot.com). (Diakses pada 21 januari 2009).
Risnandar, Cecep. 2012. Proses Pengolahan Biji Kopi. (http://alamtanibuletinagribisnis.bloggspot.com). (Diakses pada 2012).
Posting Komentar